Selamat datang di Pulau Dewata
Bersama jatiluwih bali tour,kita kenali lebih dekat keindahan pulau Bali dengan mengunjungi obyek-obyek wisata dengan ikut Tour dan kami juga menyewakan mobil untuk melengkapi liburan anda di Bali
kami akan membantu dan melayani anda selama liburan dibali kepuasan anda adalah tujuan kami
kami ucapkan terimakasih atas kepercayaan terhadap Jatiluwih
Bali Tour


HOME..... Tour..... Mobil ......Contact us

Kamis, 07 Januari 2010

Kebun Raya Bedugul

Kebun Raya Bedugul adalah salah satu dari empat kebun raya di Indonesia. Keindahan dan kesejukan tiga danau di pegunungan ini menjadi objek wisata yang dikunjungi turis domestik maupun mancanegara. Di tempat berhawa dingin ini juga kerukunan umat beragama benar-benar terwujud.

Objek wisata Bedugul berada di perbatasan Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buleleng, sekitar 90 km dari Denpasar ke arah Singaraja. Perjalanan darat menempuh waktu antara satu setengah hingga dua jam dengan medan menanjak dan berkelok. Jalan semakin menanjak dan berkelok tajam ketika Bedugul semakin dekat. Udara semakin dingin dan seringkali berkabut. Anda perlu lebih berhati-hati. Udara dingin mulai terasa ketika kita memasuki Desa Pacung, Kecamatan Baturiti. Di desa ini juga terdapat beberapa hotel untuk tempat menginap maupun kegiatan lain. Seringkali di desa ini turun hujan karena posisinya yang dekat Bedugul.

Jatiluwih Bali Tour

Jatiluwih bali tour anda akan diajak mengunjungi obyek wisata di bali.

Berangkat Setiap Hari mulai 09.00 pagi (Durasi : 10 jam)
Dijemput di hotel (area Kuta, Sanur, Denpasar, Jimbaran, Nusa Dua)

Tour dimulai dengan mengunjungi Pura

Taman Ayun, Pura peninggalan masa kejayaan Raja Mengwi. Pura ini dibangun dengan konsep Tri Mandala (3 halaman) dan dikelilingi dengan kolam indah yang menggambarkan sebuah kerajaan dengan perlindungan bentengnya. Di halaman utama terdapat beberapa Meru (tempat pemujaan yang atapnya bertingkat ganjil) untuk memuja para Dewa yang bersemayam di setiap Gunung di Bali seperti G. Agung, G. Batur, G. Batukaru dan lain-lain.
Dilanjutkan dengan obyek wisata Bedugul
Bedugul merupakan tempat yang sejuk,untuk melihat keindahan Danau Beratan dan Pura Ulundanu. Pura Ulundanu adalah Pura pemujaan kepada Dewi Danu (Dewi Kesuburan) sebagai sumber pengairan sawah para petani di Bali. Makan siang disajikan di Mentari restaurant Bedugul. Selanjutnya Dilanjutkan dengan obyek wisata Pura batukaru
Pura batukaru

Rabu, 06 Januari 2010

Hari raya Kuningan

Hari raya Kuningan Perayaan ini jatuh pada hari Saniscara (Sabtu), Kliwon, wuku Kuningan. Hari raya ini dilaksanakan setiap 210 hari, dengan menggunakan perhitungan kalender Bali.adalah hari raya yang dirayakan umat Hindu Dharma di Bali.
Di hari suci diceritakan Ida Sang Hyang Widi turun ke dunia untuk memberikan berkah kesejahteraan buat seluruh umat di dunia. Sering juga diyakini, pelaksanaan upacara pada hari raya Kuningan sebaiknya dilakukan sebelum tengah hari, sebelum waktu para Betara kembali ke sorga.

Kuningan adalah rangkaian upacara Galungan, 10 hari sebelum Kuningan. Pada hari itu dibuat nasi kuning, lambang kemakmuran dan dihaturkan sesajen-sesajen sebagai tanda terimakasih dan suksmaning idep kita sebagai manusia (umat) menerima anugrah dari Hyang Widhi berupa bahan-bahan sandang dan pangan yang semuanya itu dilimpahkan oleh beliau kepada umatNya atas dasar cinta-kasihnya. Di dalam tebog atau selanggi yang berisi nasi kuning tersebut dipancangkan sebuah wayang-wayangan (malaekat) yang melimpahkan anugrah kemakmuran kepada kita semua.

Hari Raya Nyepi

Hari Raya Nyepi Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) atau pada setiap bulan Maret setiap tahunnya,adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun Baru Saka. yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka.

Tujuan dan rangkaian perayaan
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Mahaesa, untuk menyucikan ''Buwana Alit'' (alam manusia) dan ''Buwana Agung'' (alam semesta). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan bagian dari rangkaian perayaan yang lebih besar. Berikut perinciannya.

Tawur (''Pecaruan''), ''Pengrupukan'', dan ''Melasti''
Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "panglong ping 14 sasih kesanga", umat Hindu melaksanakan upacara ''Buta Yadnya'' di perempatan jalan dan lingkungan rumah masing-masing, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis ''[[caru]]'' (semacam sesajian) menurut kemampuannya. ''Buta Yadnya'' itu masing-masing bernama ''Pañca Sata'' (kecil), ''Pañca Sanak'' (sedang), dan ''Tawur Agung'' (besar). Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda [[Buta Kala]], dan segala ''leteh'' (kekotoran) diharapkan sirna semuanya. ''Caru'' yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 ''tanding''/paket beserta lauk pauknya, seperti [[ayam brumbun]] (berwarna-warni) disertai ''tetabuhan'' arak/tuak. ''Buta Yadnya'' ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.

''Mecaru'' diikuti oleh upacara ''pengerupukan'', yaitu menyebar-nyebar [[nasi]] tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di [[Bali]], ''pengrupukan'' biasanya dimeriahkan dengan pawai [[ogoh-ogoh]] yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.

Tahap terakhir adalah ''melasti'', yaitu menghanyutkan segala ''leteh'' (kotoran) ke laut, serta menyucikan ''[[pretima]]''. Upacara ini dilakukan di laut, karena laut dianggap sebagai sumber ''amerta''. Selambat-lambatnya pada ''tilem sore'', ''melasti'' harus selesai.

Nyepi
Keesokan harinya, yaitu pada ''panglong ping 15'' (atau ''tilem Kesanga''), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada hari ini dilakukan [[puasa]] Nyepi yang disebut "Catur Brata" Penyepian dan terdiri dari ''amati geni'' (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), ''amati karya'' (tidak bekerja), ''amati lelungan'' (tidak bepergian), dan ''amati lelanguan'' (tidak mendengarkan hiburan). Brata ini dilakukan sejak sebelum [[matahari]] terbit.
Menurut umat Hindu, segala hal yang bersifat peralihan, selalu didahului dengan perlambang gelap. Misalnya seorang bayi yang akan beralih menjadi anak-anak (1 ''oton''/6 bulan), lambang ini diwujudkan dengan 'matekep guwungan' (ditutup sangkar [[ayam]]). Wanita yang beralih dari masa kanak-kanak ke dewasa (''Ngeraja Sewala''), upacaranya didahului dengan ''ngekep'' (dipingit).

Demikianlah untuk masa baru, ditempuh secara baru lahir, yaitu benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru yang putih bersih. Untuk memulai hidup dalam caka/tahun baru pun, dasar ini dipergunakan, sehingga ada masa amati geni.

Intisari dari perlambang-perlambang lahir itu (amati geni), menurut [[lontar]] "Sundari Gama" adalah "memutihbersihkan hati sanubari", yang merupakan kewajiban bagi umat Hindu.

''Tiap orang berilmu (''sang wruhing tattwa jñana'') melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga ( menghubungkan jiwa dengan paramatma (Tuhan), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin).''

Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan di tahun yang baru. Kebiasaan merayakan hari raya dengan berfoya-foya, berjudi, mabuk-mabukan adalah sesuatu kebiasaan yang keliru dan mesti diubah.

Ngembak Geni (Ngembak Api)
Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari ''Ngembak Geni'' yang jatuh pada tanggal "ping pisan (1) sasih kedasa (X)". Pada hari inilah Tahun Baru Saka tersebut dimulai. Umat Hindu bersilaturahmi dengan keluarga besar dan tetangga, saling maaf memaafkan (''ksama'') satu sama lain.
Dengan suasana baru, kehidupan baru akan dimulai dengan hati putih bersih. Jadi kalau tahun masehi berakhir tiap tanggal 31 Desember dan tahun barunya dimulai 1 Januari, maka tahun Çaka berakhir pada "panglong ping limolas (15) sasih kedasa (X)", dan tahun barunya dimulai tanggal 1 sasih kedasa (X).

Hari raya Galungan

Hari raya Galungan: Yang jatuh pada hari Buda Kliwon Dungulan adalah hari memperingati terciptanya alam semesta beserta isinya dan kemenangan dharma melawan adharma Umat Hindu melakukan persembahan kehadapan Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara/dengan segala manisfestasinya sebagai tanda puji syukur atas rahmatnya serta untuk keselamatan selanjutnya. Sedangkan penjor yang dipasang di muka tiap-tiap perumahan yaitu merupakan aturan kehadapan Bhatara Mahadewa yang berkedudukan di Gunung Agung.

Galungan itu dirayakan oleh generasi yang terus berubah-ubah dan zaman yang juga berubah-ubah. Oleh karena itu, cara merayakan Galunganpun seyogianya juga berubah-ubah disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Yang tidak boleh berubah adalah hakikat Galungan yang dinyatakan dalam Lontar Sunarigama. Teks Lontar Sunarigama tentang Galungan harus terus menerus disosialisasikan agar perubahan cara merayakan Galungan tidak menyimpang dari hakikat Galungan itu. Teks itu sbb.: "Budha Kliwon Dungulan ngaran Galungan, patitis ikang nyana sandhi galang apadang mariakena byaparaning idep".

Teks Lontar Sunarigama itu mestinya selalu kita pegang sebagai landasan setiap merayakan Galungan. Teks itu menyatakan bahwa yang diingatkan oleh perayaan Galungan adalah untuk menyatukan potensi diri Manusia yang disebut Jnyana. "Patitis ikang Jnyana Sandhi" itu artinya memusatkan arah dari Jnyana sampai terpadu. Jnyana adalah pengetahuan dan kesadaran suci yang ada tersembunyi dalam diri tiap manusia.

Ada kalanya disuatu waktu dan tempat perayaan Galungan lebih menonjolkan perayaan Galungan dengan pesta-pesta pora yang bersifat hedonis. Makan masakan khas daerah yang lebih nikmat dari sehari-harinya.Demikian pula Galungan diwujudkan dengan berpakaian serba baru,pergi ketempat-tempat hiburan dan melakukan hal-hal yang lebih menekankan keikmatan indria. Pada hal Galungan adalah sebagai suatu peringatan untuk menajamkan daya spiritual untuk mensinergikan penerapan Jnyana atau ilmu pengetahuan suci untuk mencerahkan hati nurani umat sehingga dapat membangun kehidupan yang cerah dan bergaiarah untuk mengamalkan Dharma. Galungan bukan sebagai media untuk lebih mendinamisir dominasi indria dalam diri.

* Mengenai Kami *

Foto saya
Kami akan megajak anda megenal lebih dekat keindahan Pulau Bali dengan mengunjungi obyek-obyek wisata yang mungkin belum sempat anda kunjungi atau anda pernah mempuyai kenaggan indah yang tidak pernah anda lupakan,dan kami juga memberikan info yang bisa memudahkan anda berlibur di Bali,mari lengkapi liburan anda di bali bersama kami.> > > > > Hubungi Kami ke Tel: 0361-9266062. HP : 081337166536 & 08563779602. Email.adi_sumerta@telkom.net